Jumat, 18 November 2011

DIA ADALAH AYAH....



(  Ayah ku apa adanya ) ... ...
Hati ku  miris sekali melihat nya. Dia slalu memberikan ku hidangan istimewa yang ia buat sendiri  oleh kedua tangan nya yang mulia.
Dia  tak pernah ingin melihat saya sakit.
Yach, dia... ayah ku
Kemarin sore Ayah membuatkan ku nasi goreng spesial buatan nya. Aku tak menyangka sekali, dia membuatnya karna tau aku belum makan dari siang. Ayah tau kalau aku hanya sedang bermain laptop seharian, tapi dia tak menyuruhku untuk membuat makan sendiri..  
Aku memandangnya miris, betapa aku sangat bersyukur mempunyai  Ayah sebaik beliau. Ayah selalu memberikan senyuman hangat nya , melihat nya bila melihat aku dan adik-adik ku doyan makan  dan sehat walafiat. Ayah selalu mengantarkan ku ke sekolah disetiap hari senin, selalu berkata yang membuat mata ku merah karna menahan air mata.
                “ Ai, hati-hati seminggu di kosan, jangan telat makan, jangan kebanyakan main, kalau uangnya abis sebelum hari sabtu lebih baik pulang dulu naik bus ke rumah. “ aku diam, hanya bisa mengangguk-anggukan kepala ku seraya mengiyakan tanpa berkata apa-apa karna tenggorokan ini terasa tercekat.
Itulah Ayah...
Cintanya begitu melimpah, rela mengantar jemput ku kesekolah kalau aku sedang malas pulang ke kosan,  selalu memberikan yang terbaik dari segi apa pu
. Aku sayang beliau.
Sayang sekali sampai aku rela mati bila ada orang yang mendzalimi Ayah.
Ayah selalu bijak menghadapi masalah, mengharapkan k u menjadi anak yang dewasa dengan sejuta keberanian, kemandirian, anak yang kuat dan dapat di andalkan.
Betapa Ayah sangat menyayangi ku...
Ketika tiba-tiba saja aku menginginkan sesuatu yang dapat di bilang itu diluar kemampuan Ayah, tapi karna niat ku baik dan beg itu ingin, Ayah terlihat pusing memikirkan.
Aku ingat saat aku dan Saudara sepupu ku pulang malam karna baru selesai membeli keperluan adik ku,  Ayah begitu marah dan khawatir.     “ Kenapa pulang ? Gak sadar sekarang jam berapakah NURUL AINI !? “ Wajah Ayah terlihat merah, dia jelas marah. Aku menundukan kepalaku dan memberikan begitu banyak alasan pada Ayah kalau aku sungguh-sungguh baru selesai mengerjakan apa yang adik ku ingin. Ibu ku hanya memandangku muris, dia juga seperti ingin memarahi ku tapi di urungkannya.
Aku menangis sejadi-jadinya. Sakit hati ini melihat Ayah marah kepada ku, jelas saja... karna Ayah jarang sekali marah. Ibu masuk ke kamar ku malam itu. Duduk di kasur ku dan mengatakan kata – kata yang membuat ku semakin tak berhak sakit hati pada Ayah... 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar