( Ayah ku apa adanya ) ... ...
Hati ku miris sekali melihat
nya. Dia slalu memberikan ku hidangan istimewa yang ia buat sendiri oleh kedua tangan nya yang mulia.
Dia tak pernah ingin melihat
saya sakit.
Yach, dia... ayah ku
Kemarin sore Ayah membuatkan ku nasi goreng spesial buatan nya. Aku
tak menyangka sekali, dia membuatnya karna tau aku belum makan dari siang. Ayah
tau kalau aku hanya sedang bermain laptop seharian, tapi dia tak menyuruhku
untuk membuat makan sendiri..
Aku memandangnya miris, betapa aku sangat bersyukur mempunyai Ayah sebaik beliau. Ayah selalu memberikan
senyuman hangat nya , melihat nya bila melihat aku dan adik-adik ku doyan
makan dan sehat walafiat. Ayah selalu
mengantarkan ku ke sekolah disetiap hari senin, selalu berkata yang membuat
mata ku merah karna menahan air mata.
“ Ai, hati-hati
seminggu di kosan, jangan telat makan, jangan kebanyakan main, kalau uangnya
abis sebelum hari sabtu lebih baik pulang dulu naik bus ke rumah. “ aku diam,
hanya bisa mengangguk-anggukan kepala ku seraya mengiyakan tanpa berkata
apa-apa karna tenggorokan ini terasa tercekat.
Itulah Ayah...
Cintanya begitu melimpah, rela mengantar jemput ku kesekolah kalau
aku sedang malas pulang ke kosan, selalu
memberikan yang terbaik dari segi apa pu
. Aku sayang beliau.
Sayang sekali sampai aku rela mati bila ada orang yang mendzalimi
Ayah.
Ayah selalu bijak menghadapi masalah, mengharapkan k u menjadi anak
yang dewasa dengan sejuta keberanian, kemandirian, anak yang kuat dan dapat di
andalkan.
Betapa Ayah sangat menyayangi ku...
Ketika tiba-tiba saja aku menginginkan sesuatu yang dapat di bilang
itu diluar kemampuan Ayah, tapi karna niat ku baik dan beg itu ingin, Ayah
terlihat pusing memikirkan.
Aku ingat saat aku dan Saudara sepupu ku pulang malam karna baru
selesai membeli keperluan adik ku, Ayah
begitu marah dan khawatir. “ Kenapa
pulang ? Gak sadar sekarang jam berapakah NURUL AINI !? “ Wajah Ayah terlihat
merah, dia jelas marah. Aku menundukan kepalaku dan memberikan begitu banyak
alasan pada Ayah kalau aku sungguh-sungguh baru selesai mengerjakan apa yang
adik ku ingin. Ibu ku hanya memandangku muris, dia juga seperti ingin memarahi
ku tapi di urungkannya.
Aku menangis sejadi-jadinya. Sakit hati ini melihat Ayah marah kepada
ku, jelas saja... karna Ayah jarang sekali marah. Ibu masuk ke kamar ku malam
itu. Duduk di kasur ku dan mengatakan kata – kata yang membuat ku semakin tak
berhak sakit hati pada Ayah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar